DIPERKIRAKAN belasan ton ikan yang diternak di di didalam keramba jaring apung (KJA) di Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mati disebabkan cuaca ekstrem. Imbas dari fenomena itu, para peternak terpaksa memanen lebih awal ikannya dan menjual nya di bawah tarif biasanya.
Tindakan itu agar mengjauhi kerugian besar disebabkan fenomena alam tahunan yang berlangsung selaku akibat perubahan cuaca dari musim panas ke musim hujan.
Seorang peternak ikan asal Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Zenal Abidin, berkata panen lebih awal di lakukan pada ternak ikan yang masih hidup. Ia menjual ikan itu dengan tarif di bawah pasaran dengan harapan bisa sedikit mengurangi ongkos produksi ternak.
“Dari pada rugi besar mending dijual dengan tarif murah. Jika normal ikan mas dijual Rp22-25 ribu per kilogram, jika kondisi seperti ini bisa Rp15-17 ribu,” kata Zenal, (3/11).
Menurutnya, peternak biasanya mengantisipasi kerugian dengan mencegah tebar benih pada saat memasuki perubahan musim. Tetapi, waktu di antara tahun terakhir, kondisi peralihan musim kerap tak bisa diprediksi sesampai ia tak tahu kapan peristiwa kematian ikan berlangsung.
“Kalau dulu biasanya September dan Oktober pernah niscaya hujan. Sekarang November aja masih ada panas. KeSusahan prediksi peralihan musim ini yang mengdisebabkankan peternak KJA tak bisa menentukan kapan waktu tebar benih yang tepat agar mencegah kematian secara banyak,” ungkapnya.
Kematian ikan peternak KJA ini berlangsung di sejumlah wilayah perairan Waduk Saguling, mulai dari blok Ugrem, Bongas, Maroko, sampai Bunder. Fenomena kematian secara banyak itu pernah berlangsung waktu enam hari ke belakang. Diperpikirkan, total ikan mati mengapai lebih dari 15 ton.
“Kejadian kematian ikan mulai berlangsung waktu 6 hari lalu. Dari seluruh petani di blok Ugrem angka kematian gapai 15 ton, jumlah itu belum ditambah kematian ikan di hari-hari sebelumnya dan juga blok perairan lain nya,” bebernya.
Pengelola Kesehatan Ikan dan Lingkungan pada Dinas Peternakan dan Perikanan (Dispernakan) Bandung Barat, Iip Kusykondusif, mengakui adanya laporan kematian secara banyak ikan KJA Saguling.
Ia menjelas kan, kematian mendadak ikan ini adalah fenomena tahunan yang disebut dengan fenomena Up-Welling yakni peristiwa dimana berlangsung perpindahan masa air waduk dari dasar ke atas permukaan.
Lebih jauh, perubahan musim memicu suhu air mendadak berubah dan juga membawa meterial racun yang mengendap di dasar waduk naik ke permukaan.
“Kematian secara banyak ikan ini fenomena tahunan disebabkan upweling air, sekarang masuk masa peralihan musim. Kita masih melakukan koordinasi dengan PPL dan para peternak agar mendata blok perairan mana aja yang terakibat dan juga berapa jumlah ikan yang mati,” ujarnya. (DG/J-3)